sekarang adalah kata ajaib untuk sukses. besok, minggu depan, nanti, suatu waktu, suatu hari, hanyalah sinonim untuk kata kegagalan, tidak pernah. banyak mimpi yang bagus tidak pernah terwujud karena kita mengatakan; "saya akan memulainya suatu hari nanti". seharusnya kita mengatakan; saya akan memulainya sekarang juga".
punya gagasan bagus?
laksanakanlah sekarang juga!!!!
semangattttttt....... truuuuuussssss.....
badrul munir
Senin, 30 Juli 2012
Minggu, 29 Juli 2012
DI
KAMARKU INI…….
Sunyi
…. Dingin… semua jadi satu
Ku
berbaring ditempat tidurku
Tak
seorangpun ada di sisiku
Ku
lalui malam-malamku dengan selimut sarung yang yang menutupi kakiku
Hanya
suara putaran jarum jam yang terdengar disekelilingku
jampun
terus berputar
tak
terasa malam pun mulai berganti
hari
pun berganti bulan
bulan
pun berganti tahun
tak
tau sampai kapan ku jalani ini
rasa
rindu pada ayah ibu sering ku pendam dalam-dalam
demi
mengejar cita-cita yang masih jauh di awan
rindu kian menjadi....
ketika
ku terbaring tak berdaya seorang diri
tak
terasa air mata pun membasahi pipi
karna
teringan belaian kasih sayangmu katika ku seperti ini
tapi
kini ku jauh dari kalian
Ayah….
Ibu….
Karna
mulah, ku masih bertahan disini
Ku
ingin membahagiakanmu di sela-sela masa tuamu….
Ku
bangkit ketika ku melihat bayanganmu….
Ku
menangis ketika ku melihat keriput raut mukamu
Kau
sudah tak seperti yang dulu lagi
Mampukah
aku membahagiakanmu….
Walaupun
ku hidup sebatang kara
Jauh
dari kalian semua
Ku
kan tetap berusaha
Dan
terus berusaha
Demi
cita-cita yang mulia….
dipenjara suci, 30 juli 2012
10 ramadhon 1433
Jumat, 27 Juli 2012
ETIKA PRAGMATIS DALAM PENDIDIKAN ISLAM
KATA PENGANTAR
بسم الله الر الحمن الر حيم
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas kehendak-Nya serta izin-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘’ Etika Keilmuan Dalam Pendidikan Islam”.
Semoga sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, beserta keuaga, sahabat, kerabat dan seluruh umatnya sampai hari akhir nanti.
Dalam menyusun makalah ini tidak lupa saya ucapkan banyak terima kasih terutama kepada Bapak Zaini, selaku dosen pembimbing, dan yang telah membina dan member arahan sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan pada waktunya. Dan kami ucapkan terima kasih kepada seluruh anggota kelompok IV, atas bantuan dan dukunganya, sehingga makalah ini dapat tersusun.
Dalam makalah yang sederhana ini tentunya masih memiliki banyak kekurangan dan kami hanturkan maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekurangan tersebut. Dan agar bisa lebih baik pada tugas mendatang maka kami siap menerima bentuk saran maupun kritik. Semoga kehadiran makalah ini dapat membawa manfaat tersendiri bagi siapa pun yang membacanya.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………… i
Daftar Isi …………………………………………… ii
BAB I Pendahuluan …………………………………………… iii
BAB II Pembahasan …………………………………………... 1
Etika Pragmatis dalam Pendidikan Islam ……………………………………. 1
Positivisme Dalam Etika Keilmuan ……………………………………. 2
Etika Keilmuan pada Zaman Renaissance ………………………………….. 3
Daftar Pustaka ……………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Sayangnya, sekalipun institusi-institusi pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun institusi-institusi tersebut masih belum memproduksi individu-individu yang beradab. Sebabnya, visi dan misi pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya manusia yang beradab, terabaikan dalam tujuan institusi pendidikan.
Hidup yang baik dan bagaimana hidup denga baik pastilah telah lama menjadi bahan pemikiran manusia. Hamper tidak mungkinlah manusia tidak menghadapi dua peryataan fundamental dari hidupnya, yakni “dari mana asalnya” dan “kemana ia harus menuju”. Sejauh pengetahuan kami, soal asal mula tujuan hidup di Indonesia ini juga telah menjadi pokok pembicaraan para pemikir bangsa. Garis besar pemikiran mereka ialah bahwa manusia tidak bisa hidup begitu saja, ia mesti mengerti hakikat hidupnya.
“Tidah mudahlah orang itu hidup, bila tiada tahu akan hakikat hidupnya, samalah seperti kerbau, bahkan kerbau lebih berharga, dagingnya halal bila dimakan, sedangkan daging manusia, haram bila dimakan”.[1]
Benar bahwa perbuatanya mempunyai tujuan langsung, tetapi apakah manusia secara total tau secara keseluruhan, mempunyai tujuan? Supaya apa yang di kehendaki bisa tercapai, kita juga harus tau etika dalam hidup, cara berfikir yang baik, sikap dan ucap yang baik.
Di makalah ini sudah dijelaskan berbagai hal tentang etika keilmuan dalam filsafat Islam, agar kita bisa menjadi orang yang berpikir jerman dan berhati mekah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. ETIKA PRAGMATIS DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Aliran pragmatis timbul pada abad 20. Pendiri aliran ini adalah Charks E. Peirce. Aliran Pragmatisme adalah suatu aliran yang memandang realitas sebagai sesuatu yang secara tetap mengalami perubahan(terus-menerus berubah).[2]
Makna “etika”. Istilah dipakai dalam dua macam arti. Yang satu tampak dalam ungkapan seperti “ saya pernah belajar etika.” Dalam penggunaan seperti ini etika dimaksudkan sebagai suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan-perbuatan manusia.
Makna kedua seperti yang terdapat dalam ungkapan “ia bersifat etis” atau “ia seorang yang jujur” dalam hal-hal tersebut bersifat etik merupakan predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan, manusia-manusia yang lain, dalam arti yang demikian ini, “bersifat etik” setara dengan “bersifat susila”.[3]
Menurut Ibnu Miskawaih tentang etika dalam karyanya yang berjudul Tahdzib Al-Akhla, dia mencoba menunjukkan bagaimana kita dapat memperoleh watak-watak yang lurus untuk menjalankan tindakan-tindakan yang secara moral benar terorganisasi dan tersistem.[4]
Menurut Aristoteles tujuan hidup manusia adalah mendapatkan kebahagian, kebahagiaan manusia akan dapat diwujudkan dengan sendirinya melalui dua jalan, pertama, melalui sifat pertengahan antara mengikuti dorongan sifat kebinatangan dan kemanusiaan, yakni nafsu makan, hasrat, dan nafsu yang berada dibawah bimbingan akal. Kedua, kebahagiaan itu terjadi pada pengguna akal dalam melakukan penelitian ilmu pengetahuan dan merenungkan tentang kebenaran[5].
Patut pula diangkat bahwa etika sebagai ilmu pengetahuan dapat berarti penyelidikan mengenai tanggapan-tanggapan kesusilaan, sedangkan etika sebagai ajaran bersangkutan dengan membuat tanggapan-tanggapan kesusilaan.
Sedangkan menurut Al- Ghazali tujuan pendidikan adalah mengembangkan budi pekerti yang mencangkup penanaman kualitas moral dan etika kepatuhan,kemanusiaan, kesederhanaan dan membenci hal-hal yang buruk seperti melanggar perintah atau kehendak tuhan.[6]
Etika dalam kajian filsafat merupakan bagian dari aksiologi karena etika berbicara tentang tujuan yang hendak dicapai dalam segala sesuatu. Sedangkan dalam ontologi dipertanyakan apa hakekat sesuatau, dalam epistimologi dipertanyakan bagaimana sesuatu itu terjadi dan dari mana sesuatu itu ada, maka dalam aksiologi dipertanyakan mengenai tujuan dari hakikat sesuatu. Misalnya, tentang pendidikan islam maka muncul pertanyaan, apa pendidikan islam itu? Mengapa pendidikan islam diperlukan? Untuk apa ada pendidikan?
Berbicara tentang etika keilmuan, apabila digunakan perspektif pragmatisme, etika keilmuan diatur menurut nilai-nilai dan etika pragmatism. Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa Yunani) yang berarti tindakan, perbuatan. Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa criteria kebenaran sesuatu ialah apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata.
Pragmatisme berpandangan bahwa subtansi kebenaran adalah jika segala sesuatu memiliki fungsi dan manfaat bagi kehidupan. Pendidikan agama Islam adalah bagian dari tugas agama maka mengajarkan pendidikan islam adalah kebenaran.
Pragmatisme menurut para filsuf-filsuf yang terkenal sebagai berikut :
· Menurut William James dan John Dewey, filsafatnya diantaranya menyatakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri lepas dari akal yang mengenal. Sebab pengalaman yang kita anggab benar dalam perkembangan pengalaman itu senantiasa berubah karena didalam praktik. Menurut Jemes, dunia tidak dapat diterangakan dengan berpangkal pada satu asas saja. Dunia adala dunia yang terdiri dari banyak hal yang saling bertentangan tentang kepercayaan agama.
Dalam filsafat Islam, pragmatisme tentu ada karena tujuan pendidikan Islam adalah membentuk anak didik yang bertagwa kepada Allah SWT, berkepribadian luhur, berpengetahuan yang luas, terampil, dan dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Agar anak didik memiliki keahlian duniawi dan ukhrowi, dan keduanya bisa memberikan keuntungan.
· Menurut John Dewey, tugas filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nayata. Filsafat tidak boleh larut dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang kurang praktis, filsafat harus berpijak pada pengalaman dan mengolahnya secara kritis.
Secara umum, pargmatisme berarti hanya ide yang dapat dipraktikkan yang benar dan berguna. Apabila filsafat Islam berkiblat pada pandangan Pragmatime John Dewey, tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan adalah segala sesuatu yang sifatnya nyata, bukan hal yang diluar jangkauan panca indra.
Etika keilmuan berkaitan pula dengan kode etik bagi para pendidik. Dalam perspektif islam, pendidikan etika juga membahas pula masalah yang berkaitandengan substansi etika yang dimiiki oleh dunia pendidikan Islam, terutama brkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:
§ Keilmuan yang bersumber pada Al Qur’an dan As-Sunnah.
§ Keilmuan yang berbasis kepada po;a pendidikan tradisional Islam.
§ Keilmuan sebagai alat yang merumuskan prinsip-prinsip pendidikan
§ Keilmuan yang mengarahkan pendidikan kepada tujuan umum dalam beragama Islam.
§ Keilmuan yang mengacu pada dokrin agama Islam dan kebergantungan kepada tokoh agama.
B. POSITIFISME DALAM ETIKA KEILMUAN
Paham yang berkaitan dengan etika keilmuan tidak dapat terlepas dari pandangan positivisme, selain pragmatisme di atas. Positisme di perkenalkan oleh Aguste Comte(198-1857) yang bertuang dalam karya utama Aguste Comte adalah Cours de Philosophic Positive, yaitu kursus tentang Filsafat Positif (180-1842), selain itu karyanya yang pantas disebutkan di sini adalah Discour L’esprit Positive(1844) yang artinya pembicaraan tentang jiwa positif.
Positivisme berasal dari kata “positif”. Kata positif disini sama artinya dengan factual, yaitu apa yang berdasarkan fakta-fakta. Menurut positivisme, pengetahuan kita tidak boleh melebihi fakta-fakta. Dengan demikian, ilmu pengetahuan empiris menjadi contoh istimewa dalam bidang pengetahuan. Oleh karena itulah, Positisme menolak cabang filsafat metafisika.
Etika keilmuan yang menganut Positivisme akan mempertegas tentang kebenaran pengetahuan terletak pada fakta-fakta yang Konkret dan indrawi. Hukum itu menyatakan bahwa umat manusia berkembang melalui tiga tahap hidup. Tahap-tahap ini ditentukan menurut cara berpikir yang dominan, Teologis, metafisik, dan positif.
Tahap teologis merupakan periode yang paling lama dalam sejarah manusia, karena bentuk pemikiranya yang dominan dalam masyarakat primitif, meliputi bahwa semua benda memiliki kelengkapan hidupnya sendiri.
Tahap metafisik terutama merupakan tahap transisi antara tahap teologis dan metafisik, tahap ini ditandai dengan hukum-hukum alam yang asasi dan dapat ditemukan dengan akal budi.
Tahap positif ditandai oleh kepercayaan akan data empiris sebagai sumber pengetahuan terakhir. Akan tetapi, pengetahuan selalu bersifat sementara, dan pengetahuan dapat ditinjau kembali dan di perluas.
Dari pandangan Comte tentang tiga tahapan pemikiran manusia, dapat diambil pemahaman bahwa etika keilmuan yang terus berkembang tidak selamanya hierarkis sistematis sebagaimana dikemukakan oleh Comte sebab ajaran Islam tidak dikenal tahapan demikian. Pandangan manusia seharusnya didasarkan pada dua etika yang paling mendasar, yaitu :
1. Pandangan bahwa semua makhluk Allah hanya tunduk mutlak kepada sang pencipta.
2. Semua pengabdian manusia sepenuhnya harus didukung oleh rencana-rencana Allah yang tertuang dalam wahyu-Nya, yang berupa ( Al-Qur’an dan As-Sunnah).
C. ETIKA KEILMUAN PADA ZAMAN RENAISSANCE DAN HUMANISME
Istilah Renaissance berasal dari bahasa perancis yang berarti kebangkitan kembali. Orang yang pertama menggunakan istilah ini adalah Jules Michelet. Menurutnya, Renaissance adalah periode penemuan manusia dan dunia, bukan sekedar kebangkitan kembali yang merupakan permulaan kebangkitan modern.
Awal mula suatu masa baru ditandai oleh suatu usaha besar dari Descartes (1596-1650). Sejak saat permulaan Renaissance, individualisme dan humanism telah dicanangkan. Descartes memperkuat ide-ide ini. Humanisme dan individualisme merupakan cirri Renaissance yang sangat penting. Humanisme ialah pandangan bahwa manusia mampu mengatur dunia dan dirinya.
Pada abad pertengahan, manusia kurang dihargai sebagai manusia. Kebenaran diukur berdasarkan ukuran dari Gereja(Kristen), bukan menurut ukuran yang dibuat manusia.
Humanisme sesungguhnya telah mengambil moral kemanusiaan seluruhnya dari agama. Humanisme menyatakan bahwa pendidikan spiritual dan menepati janji, dalam nisbatnya dengan keutamaan-keutamaan moral, dapat dicapai tanpa keyakinan terhadap Tuhan. Manusia adalah makhluk yang selalu mengejar cita-cita dan berusaha mengubah “apa yang ada” menjadi “apa yang semestinya” atau “ apa yang kini ada” menjadi “apa yang seharusnya ada” didalam alam, masyarakat, dan dirinya sendiri pula.
Etika keilmuan yang dibangun di atas dasar Humanisme adalah etika meterealisme karena sesungguhnya manusia adalah materi, karena manusia akan berakhir sebagaimana benda yang lain, hanya keberakhiran materi yang merupakan perubahan abadi. Oleh sebab itu tidak ada kehancuran yang ada hanyalah perubahan.
Humanisme yang dimaksudkan adalah tentang kemuliaan manusia karena Allah memuliakanya, sebagaimana firmanya dalam surat At-Tin ayat 4-5 :
ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِين . لَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
Artinya :
“ sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian, kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka).” (Q.S. At-Tin : 4-5)
Yang menyebabkan kemulyaan manusia terjaga dan harkat martabatnya tetap tingi adalah keilmuannya yang dapat membangun keimanan dan ketakwaan, sebagaimana disebutkan dalam surat At-Tin ayat 6:
إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ
Artinya :
“kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka bagi mereka, pahala yang tiada putus-putusnya”. (Q.S. At-Tin : 6)
Perlu diketahui pula bahwa dalam sejarah filsafat, masa etik diisi oleh tiga macam aliran filsafat, yaitu aliran Epicorus, Stoa, dan Skeptis. Epicorus yang mendirikan sekolah filosofi lahir di samos pada tahun 341 SM dan meninggal di Athena pada tahun 217 SM dalam usia 70 tahun. Menurut pendapat Epicorus, ajaran etiknya adalah mencari kesenangan, tujuanya memperkuat jiwa untuk menghadapi semua keadaan.
Yang kedua adalah aliran Stoa didirikan di Athena oleh Zeno dari Kition (133-266 SM). Ia dilahirkan di Kition pada tahun 340 SM, dan meninggal di Athena pada tahun 264 SM ia mencapai umur 76 tahun. Ajaran etiknya adalah memberikan petunjuk tentang sikap sopan santun dalam kehidupan. Tujuanya menyempurnakan moral manusia.
Yang terakhir adalah aliran Skeptis. Skeptis artinya ragu-ragu. Keragu-raguan terhadap segala sesuatu merupakan fondasi keyakinan. Sekolah yang dijadikan aliran Skeptis adalah sekolah aliran Pyrrhon dari Elis. Pyrrhon sendiri lahir tahun 360 SM dan meninggal dunia pada tahun 270 SM.
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa etika keilmuan dalam filsafat pendidikan islam itu sangat peting, karena dalam agama kita sudah diajarkan tata cara berperilaku yang baik, dan cara berpikir yang kritis, agar kita bisa menjadi orang yang berpikir jerman dan berhati mekah.
Jadi etika keilmuan yang harus dibangun adalah :
1. Semua ilmu bersumber dari Allah SWT. Karena Allah Robbul ‘alamin.
2. Setiap ilmu wajib di gali dan dicari sebanyak mungkin karena islam mewajibkan mencari ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahat.
3. Setiap ilmu yang dimiliki sekecil apapun harus diamalkan dalam hidup.
4. Setiap ilmu yang dimili harus menjadi cahaya yang menerangi kehidupan dan menolong orang-orang yang masih bodoh atau awam.
5. Setiap ilmu yang dimili harus sdisebarkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan umum
6. Setiap ilmu yang dikembangkan harus mempermudah usaha manusia dalam mempertahankan kehidupannya dan tidak mendatangkan kemadharatan.
Jadi etika keilmuan itu menjelaskan bagaimana cara berpikir yang baik, agar kita bisa menjadi seorang pendidik yang bisa memberikan contoh, teladan yang baik pada anak didik kita nanti.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Hasan basri, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung, Pustaka Setia, 2009
Ø Ramayulis H. dan Nizar Samsul, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta, Kalam Mulia, 2009
Ø Supriadi Dedi, Pengantar Filsafat Islam, Bandung, CV Pustaka Setia, 2009
Ø Alavi Zianuddin, Pemikiran Pendidikan Islam Pada Abad Klasik dan Pertengahan, Bandung, Angkasa, 2003
Ø Poespoprodjo W. Filsafat Moral, Bandung, Pustaka Grafika, 1999
[1] Serat wulang reh Djangkep XI Asmarandana No 5 Hal 20, penerbit took buku gunung lawu, solo
[2] Ramayulis dan samsul nizar, Filsafat pendidikan Islam, Jakarta, kalam mulia, 2006, hal, 33
[3] ibid
[4] Dedi Supriadi, pengantar filsafat Islam, bandung, CV pustaka Setia 2009, hal 114
[5] Alavin Zianuddin,pemikiran islam,bandung,angkasa2003 hal,32
[6] Ibid hal 66
Makalah UMAR bin Khottob ra.
BAB I
1. PENDAHULUAN
Dalam sejarah Islam, tak ada orang yang sering disebut-sebut namanya, sesudah Rasulullah saw. Seperti nama Umar bin Khattab. Nama itu disebut-sebut dengan penuh kagum dan sekaligus rasa hormat bila dihubungkan dengan segala yang diketahui orang tentang sifat-sifatnya dan bawaanya yang begitu agung dan cemerlang. Jika ada orang yang berbicara tentang zuhud, maka orang akan teringat dengan zuhud Umar. Apabila orang bilang tentang keadilan, orang akan teringat tentang keadilan Umar. Jika berbicara tentang kejujuran, maka orang akan teringat tentang kejujuran Umar. Kita membaca tentang itu semua dalam buku-buku sejarah dan banyak orang yang mengira bahwa hal itu dilebih-lebihkan sehingga hampir tak masuk akal, karena memang lebih menyerupai mukjizat yang biasa dihubungkan kepada para nabi, bukan kepada orang-orang besar yang kehebatanya sudah terkenal.
2. RUMUSAN MASALAH
· Keyakinan apa saja yang dianut mereka sebelum kedatangan Islam?
· Bagaimana sikap mereka terhadap agama baru ini?
· Bagaimana kebijakan Umar dalam hal ini?
· Apa saja yang dilakukan Umar sesudah masuk Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A. UMAR DI MASA JAHILIYAHNYA
a. Kabilah, Silsilah dan Keluarga Umar
Inilah kabilah Umar, Ayahnya, al-Khattad bin Nufail bin Abdul- Uzza bin Riyah bin Qurt bin Razah bin Adi bin Ka’ab. Adi ini Saudara Murrah, kakek Nabi yang ke delapan. Ibunya, Hantamah binti Hasyim bin al-Mugirah bin Umar bin Makzum.
b. Masa Kecil dan Remaja Umar
Kapan Umar dilahirkan? Suatu hal yang tidak mudah dapat untuk dipastikan. Yang jelas ia meninggal sekitar tiga hari terakhir bulan Zulhijah 23 tahun setelah hijrah. Ada yang mengatakan dalam usia lima puluh tahun, lima puluh tujuh tahun, enam puluh tahun, enam puluh tiga tahun, tapi besar dugaan ia meninggal pada usia sekitar enam puluh tahun. Semasa kanak-kanak Umar di besarkan seperti layaknya anak-anak Quraisy, dia termasuk istimewa diantara teman-temanya, karna dia bisa baca-tulis, dari semua suku Quraisy ketika nabi di utus hanya ada tujuh belas orang yang bisa baca-tulis. Saat remaja ia bekerja sebagai penggembala unta Ayahnya di Dajnan atau pinggiran kota Mekkah.
Wajahnya putih agak kemerah-merahan, tanganya kidal dengan kaki yang lebar sehingga jalanya cepat sekali, sejak muda ia sudah mahir dalam berbagai olahraga seperti gulat, menunggang kuda.
c. Fanatik Terhadap Agama Masyarakatnya
Sejak dahulu kala sebenarnya dunia memang sudah diumbang-ambingkan oleh dua masalah pokok, yang sampai sekarang masih berlaku, masing-masing ada pembelanya, yakni masalah kebebasan dan organisasi. Tidak heran jika di masa jahiliahnya Umar sangat keras memusuhi siapa saja yang bukan penyembah berhala, dan memerangi siapa saja dari masyarakatnya yang meninggalkan kepercayaan leluhurnya.
d. Permusuhanya Terhadap Islam
Pada momentum itulah Allah berkenan, mengutus Muhammad kepada masyarakat agar mengajak mereka ke jalan dan agama yang benar. Sudah tentu Umar bin Khattab laki-laki Mekkah yang paling keras menentang dan memerangi ajaran baru ini. Ibn Hisyam menuturkan bahwa suatu hari Abu Bakar melihat Umar sedang menghajar seorang budak perempuan supaya meninggalkan Islam. Karena ancaman yang begitu keras dari Umar, sehingga Muhammad meminta pengikutnya untuk hijrah ke Abisinia.
B. UMAR MASUK ISLAM
a. Sumber-Sumbar Tentang Umar Masuk Islam
Dia sangat marah dengan Nabi saw, karena agama yang dibawanya itu, dan Umar sangat berambisi ingin membunuh Nabi, karna dengan cara inilah dia bisa mengembalikan orang-orang untuk menyembah berhala, lalu diambil pedangnya dan berangkat mencari Rasulullah di Abasinia. Tapi ditengan perjalanan dia bertemu dengan Nu’aim bin Abdullah[1], lalu bertanya, “mau kemana?” di jawab oleh Umar,” saya sedang mencari Muhammad, itu orang yang sudah meninggalkan kepercayaan leluhur dan memecah belah Quraisy, menistakan lembaga hidup kita, menghina Agama dan sesembahan kita, akan saya bunuh dia.” “Anda menipu diri sendiri, Umar. Anda kira Abdul Manaf akan membiarkan Anda bebas berjalan dibumi ini jika Anda sudah membunuh Muhammad? Tidakkah lebih baik Anda pulang dulu dan menemui keluargamu dan meluruskan mereka!” kata Nu’aim bin Abdullah. Kata Umar,” keluarga saya yang mana?” jawab Nu’aim bin Abdullah,” ipar dan sepupu Anda Sa’id bin Zaid bin Amr, dan adikmu Fatimah Bin Khattab, mereka sudah masuk Islam, mereka itulah yang harus Anda hadapi.” Lalu Umar kembali pulang menemui adik perempuanya. Ketika sampai Khabbab bin Al-Arat sedang memegang lembaran-lembaran Qur’an dan membacakan kepada mereka surat Taha. lalu Umar bertanya,” suara bisikan apa itu?” “saya tidak mendengar apa-apa?” jawab Fatimah, kata Umar lagi,” saya sudah mendengar bahwa kalian berdua sudah menjadi pengikut Muhammad dan Agamanya?” ia berkata begitu sambil menghantam Sa’id bin Zaid keras-keras, mengetahui suaminnya di pukul Fatimah coba melindunginya tapi dia juga kena pukulan, melihat tindakan Umar yang demikian Lalu mereka menjawab,” ya kami sudah masuk Islam, dan kami beriman pada Allah dan Rasul-Nya, sekarang lakukan apa saja sekehendak Anda!”
Melihat darah dimuka adiknya Umar merasa menyesal,lalu Umar berkata,” kemarikan kitab yang saya dengar kalian baca tadi, akan saya lihat apa yang diajarkan Muhammad?” Fatimah menjawab,” kami khawatir akan Anda sia-siakan.” Kata Umar,” jangan takut,” sambil bersumpah demi dewa-dewanya akan mengembalikannya selasai membacanya, sesudah dibacanya ia berkata,” sungguh indah dan mulia sekali kata-kata ini!” lalu Khabbab berkata,” Umar,demi Allah saya sangat mengharapkan Allah memberi kehormatan kepada Anda dengan ajaran Rasul-Nya ini, kemarin saya mendengar ia berkata,” Allahumma ya Allah, perkuatlah Islam dengan Abul-Hakam bin Hisyam[2] atau dengan Umar bin Khattab, berhati-hatilah Umar.” Lalu Umar menjawab,” Khabbab, antarkan saya menemui Muhammad, saya akan menemuinya dan masuk Islam.” Khabbab mengatakan,” dia dengan beberapa orang sahabatnya di sebuah rumah di safa.” Lalu Umar langsung berangkat ke sana dan sesampainya disana dia berkata,” Rasulullah, kata Umar. Saya datang untuk menyatakan keimanan kepada Allah dan kepada Rasul-Nya serta segala yang datang dari Allah.” Ketika itu juga Rasulullah bertakbir, yang oleh sahabat-sahabatnya sudah dipahami bahwa Umar sudah masuk Islam. Umar masuk Islam sesudah ada empat puluh lima laki-laki dan dua puluh perempuan.
b. Sumber Yang Di Dasarkan Pada Umar Sendiri
Demikian sumber-sumber yang lain yang terkenal mengenai ke Islaman Umar. Sumber yang terkenal didasarkan pada Umar saat dia berkata,” saya memang jauh dari Islam,saya pecandu minuman keras di zaman jahiliyah dan mempunyai tempat sendiri untuk minum-minuman keras. Suatau hari ia hendak menemui fulan pedagang khomer di tempatnya biasa, tetapi disana tidak ada orang, dalam hati dia berkata sebaiknya saya ke Ka’bah, lalu ia pergi kesana. Di sana ia melihat Rasullah sedang shalat. Dan ia berkata dalam hati,” sungguh saya sangat mengharap malam ini dapat menguping Muhammad sampai saya mendengar apa yang dikatakannya. Saya khawatir dia terkejut kalau saya dekati.maka saya datang dari arah hijr, saya masuk kebalik kain Ka’bah, saya berjalan pelan-pelan hingga saya berdiri di depanya berhadap-hadapan. Sementara Rasulullah sedang shalat dan membaca Qur’an. Setelah saya dengar Qur’an itu dibacanya hati saya merasa tersentuh, saya menagis.
Sumber yang dihubungkan kepada Umar ini merupakan sebuah gambaran yang terdapat dalam musnad Imam Ahmad bin Hanbal dengan maksud dapat melengkapi apa yang sudah di jelaskan di atas. Yang menyebutkan bahwa Umar berkata,” saya pergi hendak menghadang Rasulullah saw, sebelum saya masuk Islam. Saya lihat dia sudah mendahului saya ke masjid, saya berdiri dibelakangnya, ia memulai bacaanya dengan membaca surat Al-Haqqah. Sungguh saya kagum dengan susunan Qur’an ini, dalam hati saya berkata,” sungguh dia seorang penyair seperti dikalangan Quraisy, kemudian dibacanya:
وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَاعِرٍ قَلِيلا مَا تُؤْمِنُونَ . إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ
“ bahwa ini sungguh perkataan Rasul yang mulia. Itu bukan perkataan seorang penyair; sedikit sekali kamu percaya (Qur’an, 69: 40-41). Kata saya, “dia seorang dukun.” Kemudian dibacanya:
.تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ . وَلا بِقَوْلِ كَاهِنٍ قَلِيلا مَا تَذَكَّرُونَ
. لأخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِينِ . وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الأقَاوِيلِ
. فَمَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ عَنْهُ حَاجِزِينَ. ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِينَ
“Juga bukan perkataan seorang peramal; sedikit sekali kamu mau menerima peringatan. (ini adalah wahyu) yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. Dan kalau dia mengada-adakan perkataan atas nama kami, pasti Kami tangkap dia dengan tangan kanan, kemudian Kami potong pembuluh jantungnya. Maka tak seorang dari kamu dapat mempertahankanya.” (Qur’an, 69: 42-47). Sampai akhir surah. Maka Islam sungguh menyentuh hati saya begitu dalam. Kata Umar.
Inilah sumber yang juga terkenal sesudah yang pertama tadi. Ibn Ishaq memperkuat kedua sumber itu dan menempatkanya berurutan demikian dengan mengatakan, “ yang mana pun hanya Allah yang maha tau.”
c. Umar Mengumumkan KeIslamanya
Abdullah bin Umar yang ketika Bapanya masuk Islam masih anak-anak tetapi dia sudah mengerti apa yang dilihatnya. Ia mengatakan mengenai keinginan Bapanya untuk mengumumkan ke Islamanya, dan untuk itu ia mau menentang Quraisy. Dalam sumber lain ia berkata,” Bapaku Umar berkata setelah ia masuk Islam, Quraisy mana yang paling cepat menyampaikan berita?’ maka di jawabnya,” Jamil bin Mu’mar al-Jumahi.” Paginya ia langsung menemui Jamil dan berkata,” Anda tau, bahwa saya sudah menjadi Muslim dan sudah menganut Agama Muhammad.” Dia tak menjawab, lalu pergi dan diikuti oleh Umar, dan sesampainya didepan pintu masjid ia berteriak sekuat-kuatnya,” Hai Quraisy,ketahuilah bahwa Umar sudah meninggalkan agama leluhurnya!” Umar berkata dari belakangnya,” bohong!” tetapi saya sudah masuk Islam dan bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan bahwa Muhammad saw. Adalah utusan Allah.” Seketika itu orang-orang mencemooh dan menghujadnya, tapi Umar tak menghiraukan itu.
C. MENDAMPINGI NABI
a. Peran Umar di Mekah dan Hijrahnya ke Madinah
Setelah terjadi hijah, Umar pun ikut Hijrah ke Medinah seperti kaum Muslim yang lain, semua hijrah dengan cara sembunyi-sembunyi. Sesampainya di Quba’. Di Banu Amr bin Auf ia bersama keluarganya tinggal pada keluarga Rifa’ah bin Abdul-Munzir.
Setelah Rasululah dan Abu Bakar tiba, Umar termasuk yang menyambutnya dan pergi bersama-sama dengan rombongan itu ke medinah. Peristiwa hijrah ke medinah ini merupakan permulaan zaman baru dan kebijksanaan baru dalam sejarah Islam dan kaum Muslimin.
b. Umar dan Permulaan Azan
Sesudah Rasulullah merasa tenang di Madinah, pada waktunya tanpa dipanggil orang-orang datang dan berkumpul untuk shalat, Rasulullah ingin menggunakan terompet pertanda waktu shalat telah tiba, tapi Nabi tak menyukai terompet, lalu menyuruh menggunakan genta dan menugaskan Umar untuk membuatnya. Sedangkan Umar sedang tidur dirumahnya dan bermimpi: “jangan gunakan genta, tetapi untuk shalat serukanlah azan.” Lalu Umar hendak menyampaikan mimpinya itu pada Rasulullah, tetapi wahyu telah mendahuluinya. Ada yang mengatakan bahwa, Abdullah bin Zaid(bin Sa’labah) sudah lebih dulu datang pada Nabi dengan mengatakan, semalam saya bermimpi, “ ada laki-laki berpakaian hijau lewat depan saya sambil membawa genta, saya bertanya padanya, hai hamba Allah, akan jual genta itu, orang itu bertanya, akan anda apakan? Untuk memanggil orang shalat, jawab saya. Boleh saya tunjukkan yang lebih baik? Tanyanya. Kemudian ia menyebutkan lafal azan. Rasulullah pun menyuruh Bilal dan ia menyerukan azan dengan lafal itu. Umar dirumahnya mendengar suara itu, lalu ia keluar sambil menyeret jubahnya hendak menemui Rasulullah, sambil berkata,”Rasulullah, demi yang mengutus anda dengan sebenarnya, saya bermimpi seperti itu.”
c. Allah Menempatkan Kebenaran di Lidah dan di Hati Umar
Keikhlasan dan kebersihan hati dari segala hawa nafsu serta cintanya pada keadilan, itulah yang membuat gelar “ al-Faruq” melekat padanya. Belum terdapat kata sepakat siapa yang menamakan Umar al-Faruq. Ketika ditanya mengenai hal ini menurut sumber dari Aisyah ketika ditanya ia berkata: “ Nabi saw.” Disebutkan bahwa Nabi saw. Berkata, “ Allah menempatkan kebenaran di lidah dan di hati Umar. Dialah al-Faruq (pemisah) yang memisahkan antara yang hak dan yang batil.
d. Kesedihan Umar Ketika Nabi Wafat
Melihat wataknya yang keras dan tegar adakalanya kita heran ketika ada berita Rasulullah telah wafat melihat Umar kebingungan menghadapi kenyataan. Ia menolak setiap orang yang hendak meyakinkan dia tentang hal itu, ia berdiri di depan orang banyak sambil berkata,” ada orang dari kaum munafik yang mengira Rasulullah saw, telah wafat. Tetapi demi Allah ia tidak meninggal, melainkan ia pergi kepada Allah, seperti Musa bin Imran, ia menghilang ditengah-tengah masyarakatnya selama empet puluh hari, kemudian ia kembali lagi ketengah mereka setelah ia dianggap sudah mati. Sungguh, Rasulullah pasti akan kembali seperti musa juga. Orang yang menduka bahwa dia telah meninggal, maka tangan dan kakinya harus dipotang. Lalu Abu Bakar datang di tengah-tengah keruman itu seranya berkata, “ barang siapa mau menyembah muhammad, Muhammad sudah meninggal. Tetapi barang siapa yang menyembah Allah, Allah hidup selamanya tak pernah mati.” Kemudian ia membacakan firman Allah, “ Muhammad hanyalah seorang Rasul, sebelumnya pun telah berlaku rasul-rasul. Apabila ia mati atau terbunuh kamu akan berbalik belakang? Barang siapa berbalik belakang sama sekali takkan merugikan Allah tetapi Allah akan memberi pahala kepada orang-orang yang bersyukur.” (Qur’an,3:144) setelah Abu Bakar membaakan ayat tadi, Umar langsung jatuh tersungkur ketanah, saat itu mana wataknya yang keras dan tegar itu! Ia sangat sedih menghadapi kenyataan itu.
D. DI MASA ABU BAKAR
a. Umar di Saqifah dan Banu Sa’idah
Hal ini yang pertama kali dipikirkan oleh Umar begitu ia yakin bahwa Rasulullah telah wafat. dia harus mencari pengganti Rasulullah, ia terus menuju tempat Abu Ubaidah bin al-Jarrah seranya berkata,”bentangkan tangan Anda akan saya baiat Anda. Mendengar kata itu Abu Ubaidah terperangah, lalu Abu Ubaidah berkata,” sejak Anda masuk Islam tak pernah Anda tergelincir, Anda akan memberikan sumpah setia pada saya, padahal masih ada Abu Bakar.” Sedangkan keadaan diluar mulai memanas, karena muhajirin dan anshar meminta pengganti itu dari golonganya. Keadaan semakin memanas, lalu Umar mengutus orang untuk memanggil Abu Bakar, ketika Abu Bakar tau keadaan mulai kacau, dia berusaha melerai dengan sikapnya yang bijaksana dan lemah lembut. Tetapi keadaan belum reda, lalu Abu Ubaidah turun tangan seranya berkata,” saudara-saudara Anshar! Kalian adalah orang yang pertama memberikan bantuan dan dukungan, janganlah sekarang menjadi orang yang pertama pula mengadakan perubahan dan perombakan.” Kata-kata dapat meredakan kemarahan mereka. Lalu mereka memulai berdiskusi dengan saling mengemukakan argument.
Tetapi Umar tidak akan membiarkan perselisihan menjadi perkelahian yang berkepanjangan. Dengan suaranya yang lantang ia berkata,” Abu Bakar, bentangkan tangan Anda” Abu Bakar membentangkan tangan dan oleh Umar ia diikrarkan seraya berkata,” Abu Bakar, bukankah Anda yang dipilih Rasulullah untuk memimpin Muslimin Bersembahyang? Andalah penggantinya (khalifahnya). Kami akan membaiat orang yang paling disukai Rasulullah diantara kita semua ini. Dan Abu Bakarlah yang terpilih menjadi pengganti Nabi. Inilah sikap Umar yang pertama sepeninggalan Rasulullah.
b. Politik Umar dan Poltik Abu Bakar
Kebijakan Abu Bakar setelah dibaiat tidak ingin meninggalkan apa pun yang pernah dilakukan oleh Rasulullah, dan tidak akan melakukan tindakan apa pun yang tidak dilakukan Rasulullah. Tugas pertama Abu Bakar adalah meneruskan pengiriman pasukan yang sudah disiapkan Rasulullah dengan pimpinan Usamah bin Zaid menyerbu Rumawi di Syam. Tapi kaum muslimin tidak puas dengan perintah ini, karna umur Usamah masih cukup muda masih dibawah dua puluh tahun itu. Tapi Abu Bakar tetap pada pendirianya dan berkata,” demi yang memegang nyawa Abu Bakar, sekiranya ada serigala akan menerkam saya, niscaya akan saya teruskan pengiriman pasukan Usamah ini, seperti yang sudah diperintahkan Rasulullah saw. Sekalipun dikota ini sudah tidak ada orang lagi selain saya, tetap saya laksanakan. Itulah komitmen abu bakar seperti ikrarnya yang pertama tadi.
c. Menyarankan Pengumpulan Al-Qur’an
Umar tak lalai memikirkan masalah yang paling berbahaya dalam sejarah Islam dan Umat Islam. Diantara yang mati itu banyak dari mereka yang hafal Qur’an, lalu Umar menyampaikanya pada Abu Bakar, dan berkata,” saya khawatir di tempat-tempat lain akan banyak yang hilang. Saya mengusulkan supaya Anda memerintahkan orang menghimpun Qur’an.” Dan seketika abu Bakar menjawab,” bagaimana saya akan melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasulullah saw. Lalu Umar memberikan argumenya lagi yang membuat Abu bakar merasa puas.
Lalu Umar menemui zaid bin Sabit dan menceritakan dialognya dengan Umar tentang keinginanya mengumpulkan Quran. Seranya berkata, “ Anda masih muda, cerdas dan kami tidak meragukan Anda, Anda penulis wahyu Rasulullah saw. Sekarang lacaklah Qur’an itu dan kumpulkan.” Zaid pun ragu seperti Abu Bakar, kemudian Allah membukakan hatinya seperti terhadap Abu Bakar dan Umar. Lalu zaid menghimpun dari lempengan-lempengan, dari tulang-tulang bahu, pelapah-pelepah pohon, dan lalu dikumpulkan dan dipelihara sampai sekarang ini.
Sehubungan dengan ini orientalis Inggris William muir berkata, “ di seluruh belahan bumi ini rasanya tak ada sebuah kitab pun selain Qur’an yang sampai dua belas Abad lamanya tetap lengkap dengan teks yang begitu murni dan cermat.”
d. Abu Bakar Menunjuk Umar Sebagai Pengganti
Pagi itu ia memenggil Abdur Rahman bin Auf dan menyatakan tentang Umar. “dialah yang mempunyai pandangan terbaik, tetapi dia terlalu keras,” kata Abdur Rahman. “ ya, karena dia melihat saya terlalu lemah lembut,” kata Abu Bakar.”kalau saya menyerahkan masalah ini ke tangannya, tentu banyak sifatnya yang akan ditinggalkan. Saya perhatikan dan lihat, kalau saya sedang marah, dia meminta saya agar bersifat lebih lunak, dan kalau saya perlihatkan sifat lunak, dia malah meminta saya bersifat lebih keras.” Setelah Abdur Rahman keluar ia memanggil Usman bin Affan dan ditanyanya tentang Umar,” semoga Allah telah memberi pengetahuan kepada saya tentang dia.” Kata Usman,”bahwa isi hatinya lebih baik dari lahirnya. Tak ada orang seperti dia dikalangan kita.” Setelah Usman pergi Abu Bakar meminta pendapat Sa’id bin Zaid baik muhajirin maupun anshar. Ia ingin sekali seia sekata tentang kekhalifahan Umar.dengan senang hati orang sudah sepakat tentang kekhalifahan Umar.
Lalu Abu Bakar memangil Umar dan menberikan wasiatnya, bahwa sepeninggalnya nanti dialah yang menjadi penggantinya.
Abu Bakar wafat senin petang setelah matahari terbenam 21 Jumadil Akhir tahun ke-13 sesudah hijrah(22 Agustus 823 M.)
E. PEMERINTAHAN UMAR
a. Masa Pemerintahan dan Perkembangannya di Negeri Arab
Masa Umar adalah masa perang dan penaklukan, dengan kemenangan yang selalu berada dipihak Muslimin. Kedaulatan mereka itu meluas mendekati Afganistan dan Cina disebelah timur,Anatolia dan Laut Kaspia di utara, Tunisia dan sekitarnya di afrika utara di bagian barat kawasan Nubia dan selatan, bahkan memperluas sampai daerah-daerah di luar keinginan Abu Bakar dan Umar.
Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa mata uang dan menciptakan tahun hijr. Umar memerintah selama 10 tahun, pada masanya mulai diatur dan ditertibkan sitem pembayaran gaji dan pajak tanah.[3]
b. Di Mulainya Tahun Hijri Oleh Umar
Kepentingan utama ini, yang telah mengilhami Umar dengan terbentuknya persatuan Arab di bawah naungan Islam itulah yang mengilhaminya untuk menjadikan hijrah Rasulullah sebagai permulaan kalender Arab. Selama itu yang mereka gunakan kadang tahun gajah dan kadang peristiwa-peristiwa besar lainya dalam sejarah peperangan orang-orang arab.
Umar berpendapat bahwa hijrah Nabi saw. ke Yasrib itu merupakan suatu peristiwa besar dalam sejarah Islam masa Rasulullah saw. sebab dengan hijrah inilah pertolongan Allah kepada Rasul-Nya dan agama-Nya diperkuat. Sesudah Umar membandingkan kalender ini dengan kalender- kalender Persia dan Rumawi, ternyata kalender ini lebih cemerlang, karna kalender ini telah menerjemehkan suatu peristiwa terbesar dalam sejarah dunia.
F. KEHIDUPAN SOSIAL PADA MASA UMAR
a. Jasa Umar Dalam Perkembangan Kehidupan di Negeri Arab
Bahwa kehidupan sosial di masa Umar sangat terpengaruh berbagai macam faktor, yang sebagian besar belum ada pada masa Nabi, dan sebagian lagi belum tampak pengaruhnya pada masa Abu Bakar. Beberapa adat jahiliyah sudah terhapus, dalam perkembangan ini faktor ekonomi juga tidak kurang pengaruhnya dari faktor-faktor yang lain. Kemenangan sudah memberikan kemakmuran kepada kebanyakan mereka sehingga hidup mereka lebih mudah, dan kesempatan inipun mereka manfaatkan.
G. TERBUNUHNYA UMAR
a. Jerih Payah Umar di Masa Ke Khalifahannya
Tidak heran jika orang Arab kemudian menjadi pusat perhatian Dunia, dari ujung barat sampai ke ujung timur. Sebelum Islam, mereka merupakan masyarakat pedalaman yang hidup hanya untuk dirinya dan tunduk kepada pengaruh pihak lain.
Alangkah besar jerih payah Umar yang selama sepuluh tahun dicurahkan untuk memikul beban tanggung jawab yang begitu berat itu! bahwa dia hidup telah menyiksa diri dan lebih suka hidup sengsara sepanjang ia menjadi Khalifah sampai-sampai orang khawatir ia akan menemui ajalnya saat musim kelaparan, maka wajar sekali bila dalam usia itu terasa sangat berat, terutama bagi orang yang sudah pernah mengenal hidup senang dan mewah, ditambah lagi dengan tanggung jawabnya yang begitu besar. Umar sangat memikirkan umat Islam, dia tidak pandang bulu, dia selalu bersiakap adil pada yang kaya dan yang miskin, sampai mereka semua merasa tenang dan damai.
b. Umar Ditikam Oleh Abu lu’luah
Sebelum matahari terbit hari Rabu itu tanggal empat Zulhijah tahun ke-23 hijri Umar keluar dari rumahnya hendak mengimami shalat subuh. Pagi itu tanda-tanda fajar mulai nampak. Baru saja ia mulai niat shalat hendak bertakbir tiba-tiba muncul seorang laki-laki di depanya berhadap-hadapan dan menikamnya dengan khanjar tiga atau empat kali, yang sekali mengenai bawah pusarnya. Umar merasakan panasnya senjata itu dalam dirinya, ia menoleh kejamaah yang lain, seraya berkata,” kejarlah anjing itu, dia telah membunuhku!” dan anjing itu adalah Abu Lu’luah Fairuz, budak al-Mugirah. Orang gempar dan kacau, orang banyak hendak menagkap Abu Lu’luah, tapi dia malah menikam kekanan kiri hingga ada dua belas orang yang kena tikam, Akhirnya Abu Lu’luah bisa di tangkap, dia yakin dirinya akan dibunuh, akhirnya dia bunuh diri dengan Khanjar yang digunakan menikan Amirulmukminin. Tikaman yang mengenai bawah pusarnya itu mengakibatkan putusnya lapisan kulit bagian dalam dan terputusnya usus lambung yang dapat mematikan. Lalu keluarganya menyuruh mencarikan tabib untuk mengobatinya, setelah datang tabib dari Arab pedalaman, lalu tabib tadi menuangkan minuman angggur pada Umar, minuman anggur itu sama dengan darah waktu keluar dari bekas luka yang dibawah pusar, lalu tabib menuangkan susu kepada Umar, dan yang keluar dari bekas lukanya susu juga, lalu katanya,” Amirulmukminin, berwasiatlah! Kata Umar,” Anda meyakinkan saya, orang banu Mu’awiah. Kalau bukan itu yang anda katakana niscaya saya katakana Anda berdusta.
c. Muslimin Meminta Umar Menunjuk Pengganti
Pemuka-pemuka Muslimin berbicara kepadanya mengenai apa yang menimpanya dan menimpa kaum muslimin, dan apa yang terjadi jika ajal Khalifah yang agung itu sudah ditentukan oleh Allah sampai disini. Tenteng siapa yang akan menggantikan Umarlah yang menjadi pemikiran mereka. Ibn Umar[4] ketika itu berkata pada Umar bin Khattab,” tidakkah Anda akan menunjuk seorang pengganti? Siapa? Kata Umar, dijawabnya, “ya, memang. Kalau saya menunjuk seorang pengganti maka yang menggantikan saya harus orang yang lebih baik dari saya, dan kalau saya tinggalkan, saya juga ditinggalkan oleh orang yang lebih baik dari saya.” Disebutkan juga ketika Sa’id bin Zaid bin Amr berkata,” kalau Anda menunjuk seseorang dari kalangan Muslimin orang yang sudah percaya pada Anda,” jawab Umar,” saya sudah melihat sahabat-sahabat saya mempunyai ambisi yang buruk! Adanya ambisi yang buruk inilah yang membuatnya ragu menunjuk seseorang pengganti untuk menggantikan kedudukanya, seperti yang pernah dilakukan oleh Abu Bakar tatkala menunjuk penggantinya.
d. Kisah Tentang Sebuah Musyawarah
Sungguhpun begitu, ia tak dapat membiarkan hal itu dalam kekacauan tanpa ada ketentuan antara orang-orang awam dengan kalangan terkemuka tertentu, setelah ia melihat segala yang terjadi di Saqifah menyusul kematian Rasulullah, keadaan sekarang lebih genting dari pada keadaan waktu itu.
Dalam keadaan semacam ini Umar lebih banyak menyadari daripada yang lain, bahaya yang sedang mengancam Arab dan kedaulatn yang baru tumbuh itu. Tak lama setelah bertukar pendapat itu, jabatan Khalifah kemudian dimusyawarahkan diantara enam orang tokoh, yakni Usman bin Affan, Ali bin Abi Talib, Zubair bin Awwam, Talhah bin Ubaidillah, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Waqqas. Menganai pergantian mereka sebagai khalifah, yang terkenal sekali kata-kata Umar ini,” Saya tidak melihat ada orang yang lebih berhak menjadi Khalifah daripada mereka; ketika akan wafat Rasulullah merasa sangat senang hati terhadap mereka maka siapapun diantara mereka yang terpilih, dialah yang menjadi kholifah sesudah Saya.” Ia melanjutkan.” Kalau pilihan jatuh pada Sa’ad dialah orangnya. Tetapi kalau tidak, siapa saja yang menjadi Khalifah, berikan perhatian padanya.
e. Kesedihan Muslimin atas Kepergiannya
Disebutkan dalam sebuah sumber mengutip kata-kata Abu Talhah,” dengan terbunuhnya Umar, tak satu pun keluarga Arab di kota dan pedalaman yang tidak merasakan adanya kekurangan, baik mengenai Agama ataupun mengenai dunia mereka.”[5] Sebuah sumber lagi menyebutkan bahwa Hasan berkata,” keluarga manapun yang tidak merasa kehilangan dengan kematian Umar adalah keluarga durjana.”[6] Ketika hari itu Zaid bin Sa’ad menangis dan ditanya,” mengapa Anda menangis? Dia menjawab.” Saya menangisi Islam! Dengan kematian Umar Islam retak, yang sampai hari kiamat pun tak bisa diperbaiki. Apalagi kaum duafa dan orang-orang miskin, mereka lebih merasakan lagi, bagi mereka Umar adalah Ayah dan saudara, dan ia menjadi benteng mereka, menjadi tempat perlindungan yang dapat dipercaya.
f. Pembaiatan Usman
Setelah mengadakan perundingan tentang pengganti Umar, akhirnya terpilih dua nama yang terbaik yaitu Ali dan Usman.
Abi Waqqas berteriak,” Abdur Rahman! Coba atasi ini sebelum orang banyak terpancing dalam keributan!” Abdur Rahman menjawab, ”sudah Saya pertimbangkan dan saya rundingkan. Janganlah Saudara-saudara menjerumuskan diri.” Ia memanggil Ali dan memegang tangannya sambil berkata,” bersidiakah Anda saya baiat atas dasar Kitabullah dan sunah Rasulullah serta perangai kedua orang penggantinya?” Ali menjawab,” Saya harap saya dapat berbuat dan bekerja apa yang saya ketahui dan menurut kemampuan saya.” Tangan Ali dilepaskan lalu ia memanggil Usman dan memegang tanganya sambil berkata,” bersidiakah Anda saya baiat atas dasar Kitabullah dan sunah Rasulullah serta perangai kedua orang penggantinya?” Usman menjawab,” Ya, demi Allah! Abdur Rahman mengangkat mukannya ke langit-langit Masjid dan sambil memegang tangan Usman ia berkata tiga kali,”dengarkanlah dan saksikanlah!” dilanjudkan dengan katanya” saya sudah melepaskan apa yang dipikulkan di atas bahu saya dan saya letakkan dibahu Usman!” setelah itu ia membaiat Usman, orang-orang didalam masjid pun ramai-ramai membaiatnya.
BAB III
PENUTUP
Ø KESIMPULAN
Di antara para sahabat Nabi saw, jelas Umar yang paling banyak dibicarakan, dikutib dan dibahas orang. Tampak jelas kehidupan tokoh luas biasa ini sejak kelahiranya, masa jahiliahnya yang garang, masuk Islam serta perananya disamping Nabi saw, dan para sahabat-sahabatnya, mendampingi Abu Bakar menjadi Amirulmukminin hingga akhir hayatnya.
Khalifah Umar bin Khattab adalah khalifah yang pertama mendapatkan gelar “ Amirul Mukminin” artinya pemimpin orang-orang yang beriman. Beliau adalah Khalifah yang pertama kali memperluas dan memperindah bangun masjid Al Haram di Makkah dan masjid Nabawi di Madinah.
Beliau berhati lembut tetapi bertindak tegas tanpa pandang bulu, beliau adalah seorang sosok pemimpin keras namun berhati lembut. Ketegasan sikap dan kebijaksanaan berpikirnya, dengan kecenderungan selalu mengutamakan musyawarah.
Dimasanya inilah Islam berkembang sampai ke Persia Asia Barat, Mesir dan Afrika Utara. Kedaulatan Islam yang berdirinya telah dirintis oleh Abu Bakar, oleh Umar diperluas dan berkembang begitu cepat. Bangsa Arab sangat merasa kehilangan setelah kepergianya Umar.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Haekal, Muhammad Husain, Umar bin Khattab, Jakrta, Litera Antarnusa, 1998.
Ø Dr . Yatim Badri, M.A. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, Raja Grafindo Perjaka, 1993.
Ø Drs. H. Marzuki Ahmad, Sejarah Islam, Surabaya, LP. Ma’arif NU. 2002.
[2] Lebih dikenal dengan nama Abu Jahl. Namanya yang sebenarnya Abul Hakam bin Hisyam
[3] Yatim badri, sejarah peradaban Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1993 hal, 37
[4] Ibn Umar ialah Abdullah bin Umar bin Khattab, anak Umar bin Khattab Amirulmukminin
[5] Haekal, Umar bin Khattab, Jakarta, litera antarnusa, 1998 hal 794
[6] Ibid, hal 794
Langganan:
Postingan (Atom)